Jumat, 11 November 2011

RATM' tidak terlepas dari.... Rock, Pemberontakan dan Komoditas Kapitalisme



Jika penggalan-penggalan huruf dalam syair lagu itu dirangkai, maka akan berbunyi: rebel. Dalam bahasa yang lebih sederhana, rebel tidak lain berarti pemberontakan. Dan, itulah sebagian kecil tema syair lagu yang sering dilantunkan kelompok hip-metal Rage Against The Machine (RATM). Tema-tema utama yang sering dinyanyikan RATM memang bernuansa politis. Bahkan lebih dari itu, untuk menunjukkan semangat pemberontakan yang digulirkan kaum muda, RATM menggunakan Che Guevara sebagai simbol perlawanan terhadap kemapanan. Tetapi, sebenarnya, apakah yang mereka lawan serta apa implikasi berikutnya?
RATM melakukan pemberontakan terhadap segala bentuk kemapanan, misalnya kapitalisme yang menindas kaum buruh, politik luar negeri Amerika Serikat yang terlalu arogan, serta kebijakan hukuman mati yang dianggap tidak pantas serta tidak adil terhadap tokoh-tokoh tertentu, seperti Mumia Abu Jamal. Bahkan lebih dari itu, pemberontakan yang mereka jalankan tidak hanya sebatas menyanyi, tetapi juga melakukan aksi secara nyata (taking action). Bendera AS mereka balik, mereka berkampanye untuk menghentikan embargo terhadap Irak, dan bahkan secara sensasional empat personelnya (Tom Morello, Zack De La Rocha, Timmy Commerford, serta Brad Wilk) bertelanjang bulat dengan mulut diplester, berdiri beberapa menit di atas panggung, untuk melawan penyensoran terhadap syair lagu.

Bukan Hal Baru
Sebenarnya, sikap RATM bukanlah sama sekali baru dalam sejarah pemberontakan yang dilancarkan musik rock. Jauh sebelumnya di sekitar dekade 1960-an telah muncul sejumlah pemusik rock yang melawan kemapanan juga, seperti Bob Dylan misalnya. Konser West Coast pada 1965 juga menjadi bukti perlawanan kaum muda terhadap kebijakan AS yang melanjutkan perang di Vietnam. Atau pada tahun 1969, selama tiga hari berturut-turut (15-17 Agustus) diadakan konser rock yang sedemikian megah dengan nama yang lebih dikenal sebagai Woodstock. Lagu-lagu rock yang dikumandangkan saat itu bertema antikekerasan, protes terhadap kebijakan pemerintah AS yang memberlakukan wajib militer, serta ajakan untuk melakukan reformasi.
Mengapa musik rock menjadi sedemikian terlibat dalam isu-isu yang bernuansakan politik dan antikemapanan? Jelas, karena saat itu politik yang digulirkan rezim yang sedang berkuasa sangat menindas kreativitas kaum muda, tidak menunjukkan kedamaian, serta sangat mengumbar kekerasan. Sebagai bentuk perlawanan (resistensi) terhadap hegemoni penguasa, maka muncullah gerakan mahasiswa yang dikenal sebagai Kiri Baru (New Left). Dan, generasi muda saat itu memancangkan nama Flower Generation (Generasi Bunga) untuk menunjukkan sikap mereka yang cinta perdamaian, ingin bersatu dengan alam, serta antikekerasan.
Di sini terbukti dengan jelas, musik rock berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, serta terlibat secara aktif dalam berbagai isu politik yang sedang memanas. Bukankah dengan demikian, sebenarnya, RATM merupakan kelanjutan dari sejarah pemberontakan yang dilakukan generasi-generasi (pemusik rock) sebelumnya?
Dalam pandangan Lawrence Grossberg, rock and roll merupakan sebuah ”aparatus” kebudayaan, sebuah gerakan (movement) yang dirasakan secara nyata oleh kalangan penggemarnya. Tiga karakteristik yang menunjukkan musik rock, menurut Grossberg, adalah: Pertama, musik ini diasosiasikan dengan sekelompok penggemar (fans) tertentu. Kedua, musik ini terlibat secara langsung dengan kehidupan sehari-hari para pendengarnya. Ketiga, secara keseluruhan musik rock menyajikan kenikmatan (pleasure) yang intensif bagi fans-nya, sebuah kenikmatan sensasi secara badani serta perasaan emosional.
Selain itu, rock mempunyai kekuatan oposisional karena mendefinisikan kebudayaan kaum muda (youth culture) berbeda dari pihak lain, yang cenderung ”langsung” serta ”membosankan”. Dengan menekankan pada segi-segi yang bersifat permukaan (surface), gaya (style), serta kecerdasan (artifice), musik rock beroposisi dengan ideologi dominan Pasca-Perang Dunia II yang menekankan pada keseriusan yang mendalam, tujuan, serta tatanan (order) yang mapan (Littlejohn, 1996: 236-237).

Mudah Diintervensi
Apabila diberikan penegasan, maka rock semenjak awal merupakan sebentuk identitas pemberontakan kaum muda terhadap establishment alias kemapanan. Namun, sebenarnya, dengan identitas serta karakteristik unik yang disandangnya ini, rock pun menjadi mudah untuk diintervensi oleh kepentingan-kepentingan politik yang mapan juga. Justru ketika rock menyuarakan pemberontakan, sebenarnya memberikan penegasan bahwa pemusik serta fans-nya merupakan bagian dari sistem yang sedang dilawannya. Resistensi yang mereka lantunkan dalam format yang terkesan radikal itu, justru memudahkan sistem (atau ideologi) yang ditentangnya menjadi semakin kuat, dan bahkan mungkin kokoh.
Hal ini dengan mengacu pada sejumlah alasan, yaitu:
Pertama, sebagai sebuah aliran musik, rock sudah masuk dalam percaturan industri lagu yang menekankan pada keuntungan (profit). Dalam kondisi semacam ini, tidak ada musik yang tidak dapat dijual, termasuk musik rock itu sendiri. Sehingga, rock dalam arena industri musik, merupakan sebentuk dari kebudayaan populer (popular culture). Rock pada akhirnya juga mewujudkan dirinya sebagai musik populer. Dengan demikian, rock diproduksi secara massal untuk dapat dinikmati secara besar-besaran oleh khalayak pendengarnya. Di sini rock pun masuk dalam budaya massa (mass culture) yang mengikuti logika kapitalisme dengan perhitungan matematis cost-benefit (untung-rugi).
Kedua, citra pemberontakan yang diusung musik rock juga gampang dimanfaatkan oleh industri kapitalisme. Dalam kaitan ini, kapitalisme tidak sekadar menjual suatu produk untuk dikonsumsi karena suatu barang atau jasa mempunyai kegunaan tertentu (use-value). Tetapi, kapitalisme yang lebih canggih justru memanfaatkan citra (image), karena suatu produk justru sangat dominan nilai-tandanya (sign-value). Perlawanan bukan lagi menjadi sejenis ancaman bagi kapitalisme dan penguasa. Tetapi perlawanan itu kemudian diakomodasi untuk kemudian dikemas menjadi sebuah mata dagangan (commodity) yang laku keras dijual.
Jika diberikan kesimpulan, merujuk pada pendapat John Storey (1994), rock sebagai budaya serta musik populer menghadapi tiga kemungkinan dalam wilayah kapitalisme, yaitu dimarginalisasikan, dilenyapkan, atau direngkuh (incorporation) untuk menjadi bagian integralnya. Agaknya, rock telah dimodifikasi dan pada akhirnya masuk dalam rengkuhan kapitalisme dengan berbagai format yang unik, seperti penyebutan rock and roll, hard rock, progressive rock, heavy metal, grunge, hardcore, grindcore, hip-metal atau rap-metal, dan sebagainya. Intinya, label musik rock terus berubah seiring dengan kecenderungan dominan metode permainan pemusiknya.
Bahkan aliran serta kelompok musikus rock yang sengaja melawan kapitalisme, digandeng oleh kalangan industrialis untuk mengawetkan sistem ekonomi yang menekankan perdagangan bebas ini. Sehingga, industrialisasi dan pemberontakan musik rock pun saling berpadu dan menjadi pasangan sempurna (tandem) bagi terus bergulirnya kapitalisme yang represif.
Menjadi relevan dalam persoalan ini jika dirujuk pendapat seorang filosof dari Frankfurt School Theodor W. Adorno. Menurut Adorno, identitas utama dari musik populer jika dibandingkan dengan musik serius adalah dalam soal standardisasi, serta khalayak yang menikmatinya dapat memperoleh hiburan (entertainment). Maka pemberontakan dalam musik rock pun sudah menjadi standar utama untuk menciptakan image tertentu. Khalayak pendengar yang menikmati musik ini, barangkali menjadi terhibur karena syair-syair lagu rock yang berisi perlawanan serta protes sosial.
Pemberontakan terhadap sistem kapitalisme yang dilancarkan musik rock, agaknya, selalu akan menemukan kegagalan. Sebab, pemberontakan itu tidak menemukan artikulasi untuk melakukan pemberdayaan terhadap mereka yang tertindas (the oppressed) dan lemah (powerless). Namun, ironisnya, pemberontakan itu justru memuncak pada bergulirnya stagnasi sikap kaum muda untuk meraih citra tertentu: Kaum muda adalah pemberontak, antikemapanan, serta setuju terhadap segala bentuk perubahan.
Dan, kapitalisme dengan suka cita memelihara pemberontakan itu menjadi sejenis komoditas yang laku keras, dengan memprovokasi bahwa memberontak itu nikmat. Bahkan kapitalisme kemungkinan saja terus berteriak dengan menegaskan: Jangan pernah berhenti (never give up) memberontak, karena di situlah kami menikmati hidup sepuas-puasnya (live up).
Musik rock pada titik kulminasinya, memang, serupa dengan nasib Che Guevara yang selalu memberontak dan melawan kapitalisme. Namun, tragisnya, justru menjadi ikon kapitalisme itu sendiri.

Jumat, 21 Oktober 2011

Awal mula terbentuknya Coldplay


Coldplay merupakan sebuah band asal Inggris yang beranggotakan 4 orang anak muda. Menghargai hidup dan berbuat sebaik-baiknya bagi diri sendiri dan orang lain, menjadi dasar mereka dalam menciptakan lagu. Plain dan simpel. Padahal lirik-lirik dalam lagu mereka tercipta di masa- masa maraknya hip metal yang sebagian besar berisikan isu kebobrokan sistem, keputusasaan dan kemarahan terhadap dunia sekitar. Tapi begitulah mereka. Mereka tidak mau terjebak dalam hal tersebut. Mereka memilih menjadi diri sendiri.

Kisah Coldplay berawal dari meja bilyar. Tepatnya sebuah meja bilyar yang terletak di sebuah pub tak jauh dari kampus mereka, University College of London. Satu malam di pertengahan tahun 1996, dua orang mahasiswa tampak asik bermain bilyar. Mereka adalah Jonny Buckland dan .Chris Martin Walaupun beda jurusan - Jonny kuliah di jurusan Matematika dan Astronomi, sedangkan Chris menekuni Sejarah Dunia Kuno - kedua cowok ini sudah lengket satu sama lain atas nama musik.

Nggak berapa lama meja itu nambah satu pemain. Kali ini adalah seorang mahasiswa jurusan Antropologi yang sempet beberapa lama jadi rekan se-tim chris di lapangan hoki kampus. Namanya Will Champion. Sembari terus bermain serta sesekali menenggak bir, ketiga cowok ini ngobrol dan mereka- reka kemungkinan buat sama- sama membentuk sebuah band. Yang pertama kali melontarkan gagasan adalah Chris Martin. Itu dicetuskannya lantaran vokalis yang gape memetik gitar akustik dan piano ini nggak puas sama bandnya saat itu, Pectoralz. Ajakan itu ditangapi serius sama Will. Padahal saat itu ia sudah tercatat sebagai personal band Fat Hamster. serupa juga sambutan dari Jonny. Cowok kelahiran Mold, wales Utara ini, malah langsung ngusulin nama Guy Berryman, temennya di asrama buat melengkap formasi band. Begitu dihubungi, Guy langsung menganggukkan kepalanya. Maklum, mahasiswa jurusan Teknik itu lagi suntuk terus-terusan mainin aliran progresif sama bandnya, Time Out. "Band itu gawat bener. Gara-gara personel yang paling jago di situ tuh ngefans berat sama Genesis, yang lainnya harus ikutin kemauannya. ue tersiksa banget ngiringin solo instrumen yang lama-lama jadi kedengaran nggak masuk akal !" kenang Guy.

Setelah semua lini terisi, band yang sampe saat itu belum mempunyai nama itu segera menggelar workshop di gudang kosong yang ada di asrama mereka. Sesekali mereka boleh berlatih di ruang musik milik kampus. Selain menyamakan persepsi dengan ngebawain lagu-lagu milik band lain, mereka juga coba-coba bikin lagu sendiri. "Apa yang ada di kepala kami saat itu cuma musik, musik dan musik. Inti dari workshop sendiri adalah berusaha mengeluarkan yang terbaik dari tiap personel dan menkolaborasikannya menjadi sesuatu." ingat Chris.

Saking getolnya bermusik, mereka nggak sempet mikirin soal nama band. Memang mereka pernah melontarkan nama-nama seperti Stepney, Green atau Starfish. Ujung- ujungnya, mereka memilih nama Coldplay, yang merupakan nama band milik salah seorang temen mereka yang udah bubar. "Pokoknya jangan pernah tanya apa arti 'Coldplay'. Soalnya kami sendiri nggak pernah mikirin. Saat itu, cuma kata itulah yang paling masuk akal bagi kami ketimbang pilihan nama lainnya !" ungkap Chris cuek.

Memasuki 1998, Chris cs sepakat buat merekam sebagian materi yang dianggap udah mantap sebagai demo. bermodal beberapa ratus pounds mereka menyewa Sync City Studios dan mulai menggarap demo. Entah kesambet setan mana, rencana membuat demo itu di tengah jalan berkembang menjadi mini album, yang nantinya bakal diedarkan sendiri. Jadilah tuh demo diperbanyak sampe sekitar 500 keping CD dan dirilis pada bulan Mei tahun yang sama dengan titel Safety.

Nggak disangka dari 500 keping yang diedarkan di seputar London, hanya sekitar 50 keping yang tersisa. Nama Coldplay mulai terdengar gaungnya. Beruntung, ada beberapa keping CD yang udah tersebar itu jatuh ke tangan yang tepat. Siapa lagi kalo bukan petinggi-petinggi perusahaan rekaman. Alhasil nggak nyampe setahun kemudian Coldplay teken kontrak pertamanya dengan Parlophone Records.

Biar udah punya kontrak rekaman, kuartet ini tetap merasa perlu mempertinggi jam terbang di atas panggung. Mereka sadar betul kalo Coldplay tuh tergolong 'BTL' alias 'band tembak langsung', yang go straight ke dapur rekaman tanpa pengalaman manggung. Boleh percaya boleh nggak, biar udah mantap di jalur musik, Chris dkk ogah berkiprah lebih jauh karena kuliah mereka belum selesai. Cuma Guy aja yang ngak ngotot. Dengan beberapa pertimbangan, cowok ini rela nggak jadi tukang insinyur demi seratus persen menekuni musik. Begitulah. Sembari 3/4 personelnya berjuang di bangku kuliah, Coldplay juga berusaha buat terus berproduksi. Sampai akhirnya mereka merilis mini album lagi pada bulan April 1999. Berjudul Brothers and Sisters, tuh album dirilis dalam jumlah tiga kali lipat lebih banyak dari yang pertama. Album itu gak kalah larisnya. bahkan ada satu sngel yang sempet nongkrong di top 100 tangga lagu Inggris Raya.

Phil Harvey, yang menukangi manajemen Coldplay, jeli menangkap momen yang bisa melesatkan nama Coldplay. Seakan nggak mau menyia- nyiakan tren yang udah tercipta lewat Brohers and Sisters, Phil kembali menggiring Chris dkk masuk sudio rekaman buat memproduksi satu mini album lagi. Bulan Oktober 1999, mini album bertajuk The Blue Room itu dirilis.


Diikuti dengan sederet penampilan di berbagai festival bergengsi serta jadi pembuka buat Catatonia, jalan yang dilalui Coldplay saat itu bisa dibilang makin lapang terbentang. Tabloid musik paling bergengsi Inggris, NME, bahkan sempat menyebut mereka sebagai salah satu hottest band tahun 1999.

Seluruh fakta di atas bikin pede personel Coldplay makin berlipat-lipat. The time has come for Coldplay doing the real deal : Bikin full album !

Ternyata, jalan menuju pembuatan sebuah album penuh, nggak segampang yang dikira. Pasalnya, pihak label mereka saat itu belum terlalu yakin pada nilai jual band ini. Akhirnya, sambil mempersiapkan materi yang bakal dimuat di album penuh itu, Chris cs mutusin untuk sekali lagi merilis satu mini album. Kali ini, materinya adalah kompilasi dari yang pernah dirilis di Safety EP dan Brothers and Sisters plus beberapa materi baru. Biar masih diedarkan dalam jumlah terbatas, mini album bertitel Bigger Stronger itu terbilang sukses makin memancing perhatian khalayak. Terbukti, berbarengan dengan kemunculan album ini, muncul juga kritik yang bilang kalo Coldplay tuh nggak lebih dari sekadar pengekor Radiohead !

Kritik model begini makin santer, ketika mggak lama setelah itu, tuh band merilis singel Shiver yang keren itu. Anjing menggonggong, kafilah berlalu. Shiver kembali direspon antusias. Sempet terdafter sebagai salah satu heavy rotation songs di playlist Radio 1, videoklip singel itu juga lumayan kenceng diputer di MTV. Biar dicela kayak apapun juga, tetep aja singel itu mampu membawa Chris cs ke jenjang yang lebih tinggi dalam karir mereka. Untuk pertama kalinya, Coldplay mampu menembus jajaran Top 40 Inggris. Tapi itu belum seberapa dibanding ketika mereka melepas Yellow sebagai singel berikutnya. Singel yang dibilang Chris tercipta setelah terinspirasi sama cara bernyanyinya Neil Young itu, langsung melesat ke peringkat Top 10 Inggris dan bercokol di posisi 4 selama beberapa minggu nggak lama setelah dirilis. Lirik,"...Look at the stars/look how they shine for you/And all the things you do/ And it was all yellow..." langsung jadi satu mantra wajib penggila musik di daratan nggris.

Nggak butuh waktu lama lagi bagi lagu itu jadi anthem anyar generasi yang udah bosen sama deruan gitar distorsi yang membalut lirik-lirik bertemakan kemarahan. Saking populernya, Coldplay pun jadi salah satu band yang paling ditunggu penampilannya di festival musik bergengsi Glastonbury 2000. Menurut Will, waktu itu sebelum manggung mereka nervous setengah mati sebelum naik panggung. Tapi bagaimanapun juga penampilan Coldplay selama 1 jam pada hari kedua festival itu berakhir manis.

Prestasi yang dicetak Yellow, ditambah suksesnya penampilan mereka di Glastonbury otomatis memperlancar jalan yang kudu ditempuh album debutnya yang dikasih judul Parachutes. Album itu dirilis tanggal 1 Juli 2000. Hanya dalam hitungan minggu, album berisi 11 lagu keren itu langsung meroket ke puncak tangga album terlaris di Inggris. Secara artistik, tuh album juga langsung mendapat pengakuan. Mereka sukses menyabet piala di Brits Awards, Mercury Prize, NME Carling Awards, sampai yang paling gres, Grammy Awards. Top banget ! Coldplay is now a really England's next biggest thing !

Hebatnya lagi, apa yang udah diraih itu nggak pernah bisa merubah sifat dasar para personel Coldplay. Sopan, ramah dan rendah hati tetap jadi satu ciri yang mengemuka dari Chris, Will, Guy dan Jonny. "Kami nggak merasa perlu buat berubah. Soalnya kami cukup bersyukur sama apa yang udah kami miliki sejauh ini. Lagian kami juga nggak tau, kalo mau berubah tuh musti berubah kayak apa lagi ?" ucap Guy, polos.

"Buat kami rock 'n roll tuh adalah kebebasan buat melakukan apa yang kami mau. Dan yang kami mau saat ini adalah gaya hidup yang biasa- biasa aja. Nggak perlu drugs apalagi jadi hedonis. Soalnya buat kami hal itu tuh basi dan klise banget. Kami nggak mau terjebak dalam klise-klise macam itu !" tandas Chris.

2 gether 4 ever






Rabu, 19 Oktober 2011

Ciri Anak Jaman Sekarang



1. rambut mohawck, emo, harajuku, britpop, gondrong
2. stelean indies,metal doreng, rock and roll, ato ke jepang2x-an ala Harajuku.
3. beli baju ato jacket? KE DISTRO aja (walaupun ga beli apa2x he..he..)
4. jacket cewek : warna yg nabrak2x kaya IJO, KUNING, - army ato skrng2x mulai kotak2x bergaris
jacket cowok : jeans - cardinal - vitage merek adidas - pake jas yg item - army
cewek-cowok: semua pakean mulai dari sepatu - jam buatan distro
5. pake gelang2x karet yg item2x
6. jomblo = cupu
7. nonton TV? MTV terusss
8. malem minggu ngajak si doi pasti ke mall
9. ke warnet cuma buka Facebok he..he..
10. di buss, di angkot, lagi jalan, di skull ato di kampus bawa mp3 ato i pod trus di stel
11. hp minimal 2 jt-an berkamera
12. pose foto :
cewe : 45′ DERAJAT DENGAN TAMPANG SO CUTE(BIAR JELEKNYA GA KELIATAN)
cowo : NGANGKAT DAGU NGELIAT KE ARAH YG TERANG CAHAYANYA..kalo ga NUNDUK KE BAWAH MATA LIAT KE DEPAN sambil pamer rambut trus dipasang di FB
13. bahasa sms “h1, hr Ni Lo3 M0 jLn2x B4rEn9 tem3N2x 9W ga ?”
14. lagu ? indie, britpop, japan. dewa19, gigi DLL mah lewat
15. makan? Mcd, KFC, JCO, bread talk, dll
15. JADI KORBAN penculikan TIANSI
16. belajar dari MBS?? sekarang guitar pro
17. jamannya laptop Hobby nyari wifi gratisan
18. MIYABI dan jav idol adalah tontonan wajib
19. nangkring di pinggir2x mall sambil ngeliatin orang2 yang ada dibawah , nongkrong di depan CIRCLE K yang       cuma bisanya nutupin jalan masuk.
20. yg cewek jalan2x ke strawberi yg nyedianin pernak pernik
21. jam tangan levi’s / odm yg kotak2x , G-SHOCK padahal kw 1
22. kerjaannya nyari invitation biar bisa clubbing gratis
23. yang cewek ikutan ngerokok, tapi ngga ditarik cuma isep-buang biar keliatan keren
24. hapenya 2, satu buat sms, musik, foto2, dll satu buat nelfon murah hehehe
25. skinny jeans , DORENG
26. kalo lagi sendirian di tempat rame, kerjaannya ngotak-ngatik hape, biar keliatannya lagi sms-an, padahal kesepian
27. dulu doraemon, sekarang spongebob
28. kebanyakan yang cewe diliat dari belakang, malam minggu, tapi di liat dari depan, buset! malam jum’at kliwon
29. jaman nya pake celana pensil ma sepatu pantofel
30. yg cewe pada sibuk cari cowo yg anak emo,biar ga ketinggalan jaman
31. bikin MSN/YM biar dikata gaul lalu bikin myspace, LC (Live Connector), Facebook dan situs networking lainnya
32. kalo dulu cowo baru kenalan ama cewe nanyanya nomor hape doang, sekarang ditambah lagi, ”facebook” lo apa ?
33. bawa lapotop cari wifi gratisan = KESEPIAN, GA ADA TEMPAT TONGKRONGAN, MALLLUUU. jadi mojok buka web yg ga penting
34. yang punya hape, udah kayak mekanik hape, apal fitur2x hp
35. kaum yg hobinya minoritas klo dulu dianggap kuper malah jadi gaul gara2 “Blur” ngetopin gaya kacamata anehnya
36. kalo sms romantis ga mau pake bahasa indonesia, pakenya bahasa inggris
37. pasti minta di add sama temennya, padahal mah tiap hari bisa ktemu temennya, trus suka minta di like ato dikoment status atau fotonya .
38. kalo cewe baju kuning, cardigan ungu, celana ijo, sepatu pink
39. kalo cowo pake polo shirt gitu kerahnya pasti dinaekin. Gak demen banget gw liatnya! klo gak pakek baju item bergambar band metal terus celana doreng yang padahal dulunya suka kangen band .
40. makan rombongan, penampilan keren, pas bayar antri alias BMM kasirnya BT knapa gk sekalian 1 aja yg byr
41. kalo ke starbucks yg beli kopi cuma 1 orang yg nongkrong 1 geng
42. cowok: cardigans, baju mickey mouse, celana skinny jeans, sepatu converse, rambut gondrong2 indie, badan begeng
43. Friendster/ myspace/ facebook nya ga nahan dong, Fotony dibuat seartistik mungkin, profilnya diisi dgn kata2 ga jelas kyk di atas, favorit movie, books, sama musicnya pasti didominasi nama2 yg g terkenal
44. Cewek2 mengucapkan kata “ya iyalah” dan “jangan gila dong” dengan lidah yg melet2 kyk orang lg teler
45. Selera musiknya high class dong indie pop, folk, jazz, ambient, chill tapi ada juga cewe yg ngaku2 suka band2 emo padahal g tau lagunya
46. Menggilai pop art dan selalu memakai baju bergambar marylin monroe ato cover album velvet underground yg bergambar pisang
47. SOk nge-Jazz padahal taunya cuma MALIQ The Essentials
48. gak apal lirik kalo disuruh nyanyi lagu wajib ato malah gak tau
49. friendster, myspace, facebook, yang penting temenny banyak! Mo kenal kek, kagak kek, add aj trus. Kalo perlu bikin account lebih dr lima
50. jaman nya CAMPUR-CAMPURIN ALIRAN/GENRE
51. Ngefans banget sama Bring Me The Horizon, padahal gag ada yg tau lagunya, taunya cuman Oliver Sykes doank .

Sabtu, 08 Oktober 2011

HUMAN INTEREST & LANDSCAPE









Photographer :  Ganang Pamungkas

KOLEKSI FOTO PACAR SAYA SEKALIGUS CALON ISTRI SAYA .














Model           : Viera Ali  ( Pacar Saya )
Photographer : Ganang Pamungkas
Lokasi           : Taman Sari Yogyakarta , Gunung Bromo , Pantai Delegan , Kenjeran Park

Nasib 10 Bayi Yang Dulu Menjadi Cover Album Band-Band Legendaris

Dimasa kecil anak - anak ini, entah faktor keberuntungan atau kesempatan mereka tampil untuk menjadi sampul di album musik - musik legendaris dunia, seiring tahun lagu - lagu dari band - band top dunia ini masih dinyanyikan, tapi tahukah anda bagaimana dengan nasib bayi - bayi yang dulu menjadi cover albumnya di saat ini, langsung simak saja 

1. Nevermind - Nirvana
Tampang dia Sekarang


Spencer Elden difoto untuk album seharga $ 200. dia sekarang magang di studio Shepard Fairey's Obey Giant .tega bener emak nya cuma demi $200 anak nya di suruh nyemplung ke kolam tanpa baju renang ama tabung oksigen . sekarang dia emo gan . emosi ane liat nya

2. A Boy Named Goo - Goo Goo dolls


Tampang dia Sekarang

Carl Gellert dibayar dollar $ 6000 untuk tampil di album. dia sekarang masuk sekolah pascasarjana untuk sejarah seni. lumayan mahal nih gan

3. Siamese dream - Smashing Pumpkins

Tampang dia Sekarang

Nicole Fiorentino :
Dulu jadi model cover album sekarang doi jadi personil nya gan . tahun 2010 resmi di rekrut smashing pumpkins (menggantikan Jahe Pooley) sebagai bassist resminya .

4. Tha Carter III - lil Wayne


Tampang dia Sekarang
bareng pacar:

poto lil wayne masih kecil di jadiin cover album . kecil imut gede nya amit2 . lil wayne emg terkenal gara2 dia emg penyanyi ? bener gan tp tau ga gan kalo doi Pada usia sembilan, Lil Wayne bergabung Cash Money Records sebagai anggota termuda dari label, dan setengah dari duo, The BG'z , dengan BG .Pada tahun 1997, Lil Wayne bergabung dengan kelompok Hot Boys , yang juga termasuk rapper Juvenile , BG, dan Turki .sebagian besar sukses dengan besar penjualan album kelompok Guerrilla Warfare , dirilis pada tahun 1999. Lil Wayne merilis Platinum nya debut album Tha Block Is Hot , menjual lebih dari satu juta kopi di Amerika Serikat. Usia 9 tahun doi udah exist




5. Korn - Korn


Tampang dia Sekarang
Justine Ferrara dibayar dollar $ 400 sampai berada di sampul debut Korn's. dia baru saja lulus dari NYU dan,ampe sekarang dia belom denger lagu korn . thanks God !! (thanks God ?? ini ane kutip dari sumber , ga tau deh ini sumber maksud nya apan, setau ane Korn band nya keren koq . ane fans berat Korn malah )!

6. Blind. Melon Melon Blind
 
Heather deLoach, sekarang umur nya 28, tinggal di California dan bekerja sebagai seorang aktris . dia juga pernah main film judul nya no rain di tahun 1992 . Ga nyangka gan kecil nya kaya gitu sekarang malah jadi artis . 



7. Illmatic Nas


Tampang dia Sekarang

Gambar di album ini sebenarnya adalah Nas berusia 7 tahun. dia terus menjadi salah satu rapper yang dihormati dan populer .

8. Violent Femmes - Violent Femmes


Tampang dia Sekarang
Billie Jo Campbell dibayar dollar $ 100 untuk berada di sampul album. dia sekarang bekerja bersama ibunya di sebuah toko desain Los Angeles . Pict nya cuma satu gan

9. Ready to die - The Notorious BIG

Tampang dia Sekarang


Keithroy Yearwood dibayar dollar $ 150 untuk berada di cover album itu . dia terpilih karena rambut "afro raksasa"nya. Lagu paporit nya Biggie Juicy lagu dan Big Poppa.

10. PapaRoach - lovehatetragedy

Penampakan dia sekarang

Ternyata bayi di cover paparoach itu adalah anak laki-laki dari dave bucker (drummer paparoach) secara dia yg memberi ide untuk menjadikan anak nya sebagai cover album tersebut . maksud dr cover itu adalah bayi terlahir dgn pandangan terbuka . kl bayi yg tdk tau apa2 suka ama album ini bagaiman dgn yg lain ? tp tetap saja ini cuma sekedar seni . moga aja anak nya ini menirukan ayah nya